Gw suka banget buku pertamanya dan udah baca buku itu lama banget. Fell in love with Troy & Gadis (pasangan yang keduanya 'perfect'), meskipun gw sebel banget sama endingnya (padahal gw udah nyangka kalo buku yang ada tentang magic, biasanya berakhir menyebalkan).
Btw, saking sukanya sama tuh buku, setelah gw baca si buku kedua, gw langsung beli ebook Love, Hate & Hocus Pocus via Gramediana gara-gara pengen baca ulang.
Cerita dimulai dengan tampilan singkat Lyuba si Gipsi Tua kemudian berlanjut ke Troy dan Gadis yang baru bangun dari 'mimpi buruk 1' (buku pertama), mereka berdua yang pergi ke London dan mengalami turbulensi di pesawat dan masuk ke dalam 'mimpi buruk 2', munculnya Putra, perjalanan mencari Lyuba (kadang-kadang agak bosen di bagian ini) dan berakhir dengan sebuah awal cerita 'happily ever after'.
Gw suka bagian awalnya, apalagi bagian yang 'mimpi buruk 2' berhubung mereka so sweet banget dan momen-momen dimana mereka akhirnya juga so sweet di 'dunia nyata'. Meskipun begitu, sama kayak buku pertama, gw ga demen endingnya. T.T
Kenapa sih endingnya kayak gitu???????????? (Gw juga ga tau sih ending apa yang oke, mungkin gw cuma sebel berhubung bukunya udah selesai dibaca ~.~).
Gw suka sama covernya, kertasnya dan fontnya. Terlebih karena buku ini dikasi sama temen gw (Cal & Will, thank you both =D).
Hal yang agak ganggu dari buku ini, menurut gw, adalah kadang-kadang ada ejaan yang salah (gw bukan lulusan Bahasa Indonesia dan gw tahu kalau gw mungkin bukan orang yang bisa dipercaya soal ejaan) dan kata yang dipakai juga ada yang janggal (kata 'demi' yang sering banget dipakai di kalimat tertentu dan setahu gw, kata itu seharusnya ga nempel di kalimat itu).
Ada satu hal yang nemplok banget pas gw baca dan setelah gw selesai baca buku ini.
Pas adegan dimana Troy dan Gadis pengen tahu siapa sebenernya Lyubitshka dan Lyuba malah nanya balik kenapa mereka ngotot banget buat ngelabelin dia dengan berbagai sebutan itu, kenapa mereka harus ngebatasin seorang Lyuba dengan sebuah label.
Setelah dipikir-pikir emang oke banget yang Lyuba bilang.
Kenapa seseorang harus melabeli diri mereka atau orang lain? Bukankah dengan label itu, kita malah membatasi orang tersebut dan malah ngebuat 'prejudice' di dalam pikiran kita?
Kayak yang ditulis Shakespeare,
"What's in a name? That which we call a rose
By any other name would smell as sweet."Romeo and Juliet .
=)
SVialli
[22.10]
[4 - 28/03/13]