Saturday, February 25, 2012

성균관 스캔들 / Sungkyunkwan Scandal (2010)

More info: here.

Dulu sih gw bener-bener ga tertarik buat nonton drama ini berhubung ini kelihatannya kayak drama-drama kerajaan Korea yang orang-orangnya kalau ngomong pake kata-kata super panjang dan ngomongnya bener-bener lambat dan sopannya kebangetan. Intinya sih, gw cukup males nonton film yang setting-nya di kerajaan gitu. Selain itu, gw pikir, nih film kayaknya biasa banget, tentang cewe yang dandan jadi cowo dan masuk ke sekolah yang isinya cuma cowo.

Gw murni nonton nih drama cuma gara-gara nonton Punch aka Wandeukyi, berhubung yang jadi tokoh utama di film itu pernah main di drama ini (Yoo Ah In). Dan ternyata, ada si cakep Park Min Young yang main di film Man of Honor dan si Song Joong Ki yang dulu ada di Running Man

Ternyata setelah gw nonton, meskipun menurut gw nih drama tetap 'biasa' aja, gw lumayan suka sama nih drama. 

Di drama ini ada 4 tokoh utama:
  • Micky Yoochun sebagai Lee Sun Joon
Meskipun dia tokoh 'utama' yang akhirnya jadian sama si Yoon Hee, gw kurang suka tokoh ini. Dia terlalu kaku dan taat banget sama peraturan-peraturan yang ada, menurut gw, lebai banget aja kalau orang sampai sebegitunya. 
Tapi sisi positifnya, yang gw salut dari tokoh ini, dia bener-bener mempertahankan apa yang menurut dia benar dan dia ga ngebohongin diri dia dengan melawan apa yang dia rasain. Hal itu berarti, dia harus mengakui bahwa dia suka sama 'cowo' dan membuat dia sebagai homoseksual (hal yang tabu di masa itu).
Dari hal itu, drama ini nunjukin bahwa 'cinta' itu tentang apa yang seseorang rasakan, bukan apa yang seseorang 'lihat'.

  • Park Min Young sebagai Kim Yoon Hee sebagai Kim Yoon Shik
Seperti biasa, si cakep Min Young selalu cakep dan ngebawain peran dia dengan oke.
Awalnya sih, gw ngerasa kalau dia masih kelihatan kayak cewe banget pas dandan jadi cowo (mengingat anatomi tubuh/bagian dada wanita yang berbeda dari pria), tapi kayaknya setelah episode 4 atau 5, yang ngedandanin dia sadar akan hal itu dan membuat bagian 'itu' lebih rata entah pake baju lebih tebal atau lebih longgar atau pake editan computer atau entahlah.
Selain itu, dari pertama, emang udah ditegasin bahwa semua orang udah menganggap kalau 'cowo' ini emang bermuka cewe alias pretty boy. Jadinya, penampilan tokoh cewe yang dandan jadi cowo ini kelihatan lebih wajar daripada di drama lainnya.
Tokoh ini bener-bener gigih dalam menghidupi nyokap dan adik yang sakit-sakitan. Untungnya, dia adalah cewe yang cerdas, mengingat bahwa dia suka belajar, meskipun di zaman itu, ga lazim kalau cewe belajar dan jadi secerdas itu.

  • Song Joong Ki sebagai Goo Yong Ha
Jujur aja, dari pertama lihat Joong Ki di Running Man, ga tahu kenapa, gw kurang suka sama dia dan gw pikir, dia cuma cowo 'cantik' yang 'biasa' aja. Tapi ternyata pas gw lihat dia di drama ini, gw cukup sadar bahwa dia lumayan oke ngebawain peran dia.
Tokoh ini adalah tokoh playboy tajir yang 'ga terikat' sama siapapun sampai akhirnya dia ketemu sama 3 tokoh utama lainnya dan jadi teman seperjuangan mereka. 
Ada satu quote dari tokoh ini yang gw suka banget (pas si Sun Joon nanya soal suka sama sesama lelaki), kira-kira kayak gini: 'Jika membenci seseorang itu adalah dosa, mungkinkah menyukai seseorang itu salah(?)'.

  • Yoo Ah In sebagai Moon Jae Shin
Tokoh ini adalah tokoh anak 'bandel' yang pengen ngebalas kematian kakaknya dan mencari keadilan. Dia selalu nuduh kalau bokapnya ga ngerasain apa yang dia rasain tentang kematian kakaknya, tapi ternyata bokapnya ga kayak gitu. Dari sono sih, kelihatan bahwa seseorang ga boleh ngasih tuduhan sembarangan dan terkadang, kita cuma harus naruh rasa 'percaya' tanpa ngeraguin hal itu lagi. 
Gw sih lebih pengen si Yoon Hee jadian sama Jae Shin daripada sama si Sun Joon, berhubung si Jae Shin kelihatan lebih 'manusia', oke dan perhatian. 


Overall, tentang film ini:
  • bisa dibilang kalau film ini penuh sama cowo (termasuk si Yoon Hee yang tampil sebagai Yoon Shik). Emang ada beberapa cewe yang terlibat, tapi cuma peran-peran 'sampingan'.
  • Menurut gw, akhir dari drama ini kayaknya ga banget dan gw juga ga gitu ngerti soal masalah yang si tua-tua permasalahin (menteri-menteri dan raja selalu ngejar-ngejar Geum Deung Ji Sa), tapi diluar semua itu, yang main di drama ini bener-bener oke-oke banget dan ceritanya ga buruk.
Meskipun 'biasa aja', drama ini oke banget sih buat ngelewatin waktu dan banyak yang bisa kita ambil dari drama ini.

=)
SVialli
[13.30]
[6 - 25/02/12]

Friday, February 24, 2012

Wandeukyi / Punch (2011)

Tiket Berlinale 2012 - Film: Wandeukyi
More info: here


Gw nonton film ini sehari sebelum ujian, mengingat bahwa gw belum punya mood buat belajar (FYI, ujiannya sebenernya ga susah, berhubung si dosen sangat baik sekali karena udah bilang kalau cuma perlu belajar dari latihan ujian yang udah dia kasih). Anyway, (1) dalam ketidakinginan gw untuk mendekam di rumah dan (2) mengingat bahwa gw dah lama ga nonton sendiri dan (3) bahwa gw baru sempet nonton satu film yang ikut Berlinale 2012 dan (4) bahwa tiketnya sangat murah (gw lihat di website, harganya 3€ dan ternyata pas gw beli langsung pake student card, cuma 1,50€), gw pergi nonton nih film (untung masih ada tiket pas gw dateng kesono).


Banyak orang Korea beredaran di dalam bioskop dan btw, somehow di baris tempat gw duduk, berderet orang-orang yang nonton sendiri (nyebelinnya, cowo yang duduk sebelah gw tidur dan ngorok(!!!), gw pengen tabok tuh orang berhubung dia kayak ga ada apresiasi sama sekali sama nih film yang bagus banget, bagusnya, dia keluar di tengah film).


Kesan gw sebelum/setelah/pas nonton:
  • Awalnya sih, gw kurang yakin pengen nonton nih film, berhubung yang maen kayaknya ga ada yang ganteng (yeahh.., i could be so simple-minded). Dan gw pikir, ceritanya tuh biasa dan cuma mau nyorot hal-hal menyedihkan (gw ga nonton trailer-nya, cuma baca deskripsi film) karena ada kombinasi yang sering banget muncul, orang kelas menengah ke bawah, orang yang agak terbelakang, anak sekolah bandel yang punya bokap yang 'memalukan', guru yang suka ngomel-ngomel tapi sebenarnya perhatian. Dan hell yeah.., ternyata pas gw nonton (meskipun gw masih agak ragu pas beberapa menit pertama), gw suka banget sama kombinasi yang ditampilin sama film ini
  • Film ini nyeritain tentang sesuatu yang 'berat' tapi pake gaya yang lucu. Bisa dibilang kalau nih film ngebawa gw ketawa di sepanjang film (FYI, bukan cuma gw yang ketawa, tapi hampir semua orang yang nonton film ini di studio itu).
  • Film ini ngangkat soal masalah kelas mengengah ke bawah, diskriminasi ras dan imigran. Meskipun gw ga tinggal di Korea, berhubung gw orang Indonesia (yang masih merupakan negara 'berkembang' di Asia) dengan 'ras' minoritas dan merupakan pelajar 'imigran' di Jerman, gw rasa, gw bisa cukup 'ngertiin' dan 'ngerasain' apa yang ditampilin film ini. 
  • Selain itu, film ini juga nyeritain soal 'passion'. Si anak 'bandel' yang punya nilai jelek terus-terusan dan suka berantem, ternyata lebih punya 'talent' dan 'passion' di bidang lain, yang adalah boxing. Dari berantem ugal-ugalan di jalanan, jadi seseorang yang 'berantem' with rules. 
  • Di luar hal itu, film ini juga ngasih lihat soal 'guru'. Seorang guru yang 'memotivasi' dan 'ngajar' muridnya bukan pake cara-cara 'biasa' (meskipun gw kayaknya ga pernah ketemu guru yang unik banget kayak gitu). 
  • Di samping semua itu, film ini juga nyeritain soal keluarga, teman, apa hal yang sebenarnya 'memalukan' dan patut 'dibanggakan', soal 'prinsip', mimpi dan hal-hal lain yang 'penting'.
  • Berhubung nih film diangkat dari novel, gw wondering apakah emang tuh novel juga 'witty' kayak gini) dan gw jadi pengen baca novelnya juga (meskipun kayaknya belum ada yang terjemahannya).
  • Meskipun gw ga bisa bahasa Korea dan ga pernah belajar (tapi keseringan nonton drama dan variety show Korea), gw ngerasa kalau subtitle bahasa Inggris yang dipake pas gw nonton itu agak kurang akurat (ada beberapa kata, terutama kata-kata makian, yang dibuat terlalu halus dan sebagainya). 
Intinya sih, film ini bagus banget banget banget (bukan mau lebay, tapi emang bagus banget) dan kita bisa belajar banyak banget dari film ini. Menurut gw, film ini adalah salah satu film yang harus banget ditonton. Trus pas gw nanya temen gw yang Korea, dia bilang sih dia belum nonton atau baca, tapi dia bilang, nih film emang kata orang-orang bagus dan lumayan nge-boom di Korea.


=)
SVialli
[15.09]
[5 - 24/02/12]


nb: gara-gara nonton film ini, gw jadi nonton drama Sungkyunkwan Scandal.

Sunday, February 19, 2012

during exam weeks (2): Ritter Sport, M&M's, Bueno, Duplo, Nutella

Beside Knoppers, I also took comfort in these:
 I really liked this Ritter Sport (Edel-Nuss-Mix) and when I got to a nearby supermarket once again, there's none more. More than that one, I really liked the one with gebrannte Mandel aka praline (I believe, it's one of Ritter Sport's Winter Selection). 
The chocolate would melt in my mouth and the nuts showed up. The taste of both could eventually make someone really content. =P
 M&M's is pretty usual (but I don't really fond of it).
I usually buy the one with only the chocolate filling (I actually dreaded nuts as much as I like it and I don't like the one with biscuit (?) in it). I read the package, it said something about real M&M's always has the 'm' on it, but later I found out that some of them didn't have it. -.-
KitKat could be so addictive, even though I used to (actually still) think that it's somewhat too sweet. Its slogan 'Take a break, take a KitKat' was somewhat really true (and somehow, I turned out to be 'Take a KitKat, take a break' for me).
On my try-to-be-rational-with-chocolatey-things day, I've tried to first break the KitKat to pieces before enjoyed it (there're 4 bars and I broke each bar into 3), but then, I found out that the best way to eat it is simply to break it into its bars and then bite it just like that because I yearn for that feeling of breaking the wafers with my own teeth. =P
 Bueno and Duplo were a very satisfying combination. Both of them are in somewhat same shape and packages. Bueno is filled with cream or things like that, Duplo with wafers, both are covered with chocolate. Most of all, both taste superb.
When I compared both, I believe that I prefer Duplo. I am not really sure why, but maybe because these days I kind of fond of wafers.

It's Nutella&Go!. Small package of Nutella and biscuit sticks.
Of course, it's great and all (with Nutella, one can always be sure).
 Above all of those I mentioned, I believe that Nutella on its own is the best of all of all time
First, take a spoon or fork or whatever it is (a finger maybe?).
Second, dip it in the jar.
Third, put it in your mouth.
The last thing you know, you've been are in heaven. =P
(Okay, one still needs to remember the threat of diabetic)

=)
SVialli
[00.42]
[7 - 19/02/12]

Saturday, February 18, 2012

during exam weeks: Knoppers

Finally, exams are (hopefully) over for this term and I would like to review how 'unhealthy' I've been during those exam weeks. And yeah.., throughout the 'stress' and all that, I muss admit that I've consumed too 'much' chocolatey thing. But then, to think it all over, there's nothing like 'too much' for chocolatey thing, simply because one could actually never get enough of it. =)

Knoppers was one of the thing which I ate (or is it 'enjoy'? 'nibble'? 'gnaw'?) comforted me, while I was 'studying'. It's kind of wafer with somewhat like 5 layers (?)
It tasted great with so many layers and such a combination. One only needs to take care of the crumbles (I haven't found a way to eat it without making any crumbles).
Some of the time, when I have eaten too much Hanuta, I believed that Knoppers is better than Hanuta because it consists not only of chocolate. 

Hanuta - a very bad photo of it -.- and only shows its name.
But then, some of the other time, when I have eaten too much Knoppers (especially during those exam weeks), I realized that I actually prefer Hanuta with its one layer thick chocolate mixed with nuts, wrapped with biscuit wafers (even if those nuts or things could trigger my eczema -- I wonder why Ferrero products could do that better than the others, also wonder if perhaps the amount of its nuts is simply higher than the others and that's what caused it)
 Back to Knoppers, one thing which always annoys me is the stickers.
Y U use very sticky stickers??
It's really hard to get it out of the bundle
Sometimes I used scissors to cut it out (and of course, my scissors would tangle with it and didn't get me out of my problem).
Most of the time I roughly tore it (and of course, my Knoppers would be somewhat crushed and I didn't like it and annoyed at myself because of it).
Until one day, I spared some of my 'studying' time and challenged myself to patiently tear those very sticky stickers away
And then, I succeeded quite nicely (I still slipped and tore it at the corner) and had it sticked on my log book.

=)
SVialli
[23.21]
[6 - 18/02/12]

Sunday, February 12, 2012

Behind the Words: Aduh (2012)

draft 'Aduh'
Bisa dibaca disini atau disini. =)


Hmm.. ga tau kenapa, kayaknya akhir-akhir ini selalu kepikiran sama kata-kata yang berima. Jadinya, puisi yang ini juga ujung-ujungnya punya rima (yang mungkin ga berima 'banget', tapi masih ada rimanya =P).


Btw, kayak kata orang (gw lupa siapa dan gimana kata tepatnya), sebuah 'cerita' bukan berasal dari penulisnya, si penulis 'cuma' menulis dan 'cerita' itu berkembang dengan sendirinya. Gw setuju banget sih sama kata-kata itu.



Seperti yang bisa dibaca, puisi ini nyeritain soal orang yang sering 'beraduh ria'. Gw bukannya kurang simpatik sama orang yang punya hidup yang berat, tapi setahu gw, hidup tuh makin berat ketika seseorang melihatnya dari arah yang berat (hmm.. kurang make sense ya kalimat gw?). Maksud gw, ketika seseorang melihat sesuatu dengan pola pikir yang negatif, hal yang dilihatnya juga bakal jadi negatif dan berlaku sebaliknya.


Dari sisi gw, kalau gw keseringan ngedengerin 'pengulangan' dari sesuatu yang 'negatif', pikiran gw rasanya didorong untuk ikut jenuh saking banyaknya 'aura negatif'. Karena itu, kadang kalau orang itu udah parah banget tahap 'pengulangan' dan 'dramatisasi'-nya, gw ga bakal 'ngedengerin' mereka lagi dan 'cuap-cuap' mereka gw anggap sebagai angin lalu.


Salah satu keluhan yang paling sering gw denger adalah soal duit, selebihnya biasanya soal kuliah dan jodohGw cukup yakin kalau tiap orang paling engga tahu satu orang yang suka banget mengeluh soal entah-apa-itu. Kalau ngeluh satu kali sih oke, berhubung semua orang punya masalah. Sayangnya, kalau 'ngeluh'-nya terus-terusan, rasanya kan males aja. 



Entah kenapa, gw ngambil kata 'aduh' sebagai judul (gw hampir selalu bikin judul setelah semuanya udah jadi), meskipun gw ga gitu suka judulnya (karena rasanya, kata 'aduh' itu nyebelin dan murahan banget), tapi rasanya kata itu emang cocok banget sama isi puisi itu, berhubung kata 'aduh' sering digunakan oleh orang yang berkeluh kesah.


Yah.., tentu aja, gw kadang juga ngeluh. Ketika gw sadar kalau gw ngeluh, gw berusaha secepat mungkin berhenti, berhubung mengeluh hampir bisa dipastikan ga bakal ngebawa gw kemana-mana dan gw ga mau ngebuat orang lain juga jadi jenuh gara-gara 'aura negatif' dari ucapan-ucapan gw.


Gw berharap bahwa keluhan-keluhan yang diucapin dari tiap bibir kita bakal terganti sama ucapan-ucapan penuh syukur atas apa yang udah kita punya dan waktu yang terbuang buat mengeluh bakal dipakai buat menyelesaikan masalah yang ada




=)
SVialli
[02.13]
[7 - 12/02/12]

Aduh


Bibirmu mengucap keluh
Tentang hidup penuh peluh
Diriku tersentuh malu
Hanya mampu terdiam kelu

Kusadar sesal seiringmu bersedu
Pandangmu ternyata telah terpaku
Berputar hanya dalam lingkar sendu
Terus bersaing memicu pilu

Sebelum cuapmu merampas suka
Hingga menebar benih duka
Serumu yang lanjut bertalu
Kuanggapnya kini angin lalu


=)
SVialli
[01.22]
[7 – 12/02/12]

Behind the words: disini

Thursday, February 9, 2012

Ada Apa dengan Cinta? (2002)

More info:  http://id.wikipedia.org/wiki/Ada_Apa_dengan_Cinta%3F.

Tanpa terasa, film AADC yang super heboh pas zaman dulu ternyata udah berumur 10 tahun ('diluncurkan pada 8 Februari 2002' menurut Wikipedia). FYI, gw bukan penggemar sejati AADC ataupun artis-artis pemerannya, gw tahu itu dari 101Jakfm. Oleh karena itu, hari ini pada saat gw bingung pas mau belajar buat ujian, gw memutuskan buat nonton ulang film ini untuk yang kesekian kalinya (mengingat seringnya film ini ditayangin ulang di RCTI).

Kesan gw pas/setelah nonton:
  • Wow! Film ini bener-bener udah lama ya. Kualitas gambarnya udah beda banget sama film-film zaman sekarang.
  • OMG! Nicholas Saputra ternyata cakep abis yaa!! Meskipun banyak yang bilang seperti itu, gw baru bener-bener sadar beberapa saat yang lalu. Trus tentu aja, gw nge-browse sedikit tentang dia, menemukan fakta bahwa dia jadi makin ganteng dan ternyata dia keturunan Indonesia-Jerman. 
  • Dian Sastro kelihatan masih muda banget di film ini dan tentu aja, seperti biasa, terlihat cakep dan terlihat bahwa dia makin dewasa makin cakep.
  • Kapan Melly Goeslaw bikin lagu kayak gitu lagi??! 
  • Menurut gw, ceritanya oke banget sih. 'Simpel' tapi bermakna. Mereka ga cuma nyeritain soal 'pacaran anak SMA', tapi nyampain hal lain seperti: persahabatan, keluarga, politik, keadaan sosial.

Gw rasa, AADC emang layak disebut sebagai film yang 'menandai kebangkitan kembali dunia perfilman Indonesia' (menurut Wikipedia) dan film ini selalu bikin gw kangen buat nonton ulang lagi dan lagi (kedengerannya lebai, tapi film ini somehow 'ngangenin').


=)
SVialli
[17.17]
[4 - 09/02/12]

Tuesday, February 7, 2012

Behind the Words: Warna dan Matamu (2012)

Setelah sekian lama ga nulis cerpen, akhirnya bisa nulis lagi. Dan by the way, ini cerpen pertama gw di tahun 2012 ini. =))))
Bisa dibaca disini atau disini.


Gw kepikiran soal mata sejak tahun lalu. 
  • Kebanyakan sih gara-gara kebanyakan baca novel. Di novel-novel itu, somehow, mereka tau banget mata orang yang dia sayang
  • Terus suatu hari pas gw bikin visa, gw ditanya, warna mata gw apa dan gw ga tau pasti warna mata gw apa. Terus setelah gw pikir-pikir, kayaknya gw ga pernah tahu warna mata siapapun. 
  • Dan sejak saat itu, tekad gw bulat (lebai mode on), gw pengen ada orang yang bisa kasi tahu apa warna mata gw secara tepat.

Dari sanalah ide ceritanya muncul. Sayangnya, gw ga tahu gimana plotnya dan bingung gimana berlanjut dari sekedar ide. Untungnya, ide baru dan plot mulai terbentuk jadi satu.
  • Trus suatu hari di kelas membosankan, gw kepikiran buat bikin si cewe sebagai dokter mata. 
  • Trus suatu hari di koridor kampus pas baru mau masuk kelas, kepikiran buat bikin si cowo buta warna. 
  • Trus kemarin-kemarin ini, pas ga bisa tidur, kepikiran buat bikin adegan 'cheesy' pake tes ketajaman mata (tadinya gw kepikiran buat pake hari mata sedunia atau apa itu, tapi kayaknya aneh dan geli banget).


Setelah ide dan plot menjadi satu, sayangnya gw belum punya pengetahuan soal buta warna dan tes ketajaman mata itu.
  • Jadinya, gw tadi ngeliat-liat di internet soal buta warna. Lebih tepatnya sih, gw nyari pake bahasa Inggris (color blindness), berhubung artikel bahasa Indonesia tentang hal ini kayaknya terbatas banget dan gw nemu satu website yang menurut gw oke banget: colblindor. Dan ngomong-ngomong soal buta warna, ternyata buta warna tuh kompleks dan menarik buat diketahui lebih lanjut. 
  • Trus soal Snellen Chart dan Phoropter, gw sama sekali ga tahu namanya sampai beberapa jam yang lalu. Gw nemuin namanya di Wikipedia dan pas gw nyari apa bahasa Indonesianya, ga nemuin sama sekali (mungkin gw kurang niat nyarinya).
  • Trus gw juga tadinya masi nyari nama (berhubung ga kepikiran sama sekali pas mau bikin nama). Nama 'Aella' dan 'Ciro' gw dapet setelah nyari-nyari di Google (keduanya kira-kira artinya angin).


Jujur aja, pas gw mikirin idenya, gw ngerasa itu tuh udah lumayan oke. Sayangnya, gw ngerasa pas semua itu jadi tulisan, kayaknya ga maksimal, kurang dapet feel-nya dan kurang oke kalau dibandingin yang sebelumnya (mungkin karena udah jarang nulis sejak lulus SMA). Tapi di balik semua itu, gw emang kayaknya belum bisa nulis something funny yang bisa ngebuat someone ketawa atau senyum gitu sih. 


Anyway, dari tulisan ini, gw lumayan dapet banyak pengetahuan baru dan teringat sama beberapa hal (mis.: Bokap gw yang juga buta warna, gw yang ga pernah tahu apa nama alat-alat itu meskipun gw udah pake kacamata hampir seumur hidup dan ikut tes mata berkali-kali).


Gw berharap bahwa pembaca cerpen ini bisa nikmatin cerpen ini to the max. =P




=)
SVialli
[22.34]
[2 - 07/02/12]


nb.:
Gw kepikiran bikin 'behind the words' berhubung pengen bikin something kayak 'behind the scene' buat movies. =P

Warna dan Matamu


“Apa warna matamu?”
“…”
“Warna mata siapa yang kau tahu?”
---
Aella duduk, mengernyitkan dahinya melihat proyeksi papan Snellen –bagan penuh huruf yang digunakan untuk mengecek ketajaman mata– yang berada sejauh 6 meter darinya sebelum menatap Ciro penuh kebingungan.
Ciro hanya membalasnya dengan seringai lebar sambil duduk di kursi di samping kanannya sambil memencet-mencet remote control proyektor yang menampilkan proyeksi papan Snellen di depannya.
“Udah siap?” tanya Ciro akhirnya.
Alis Aella terangkat sebelah –ya.., dia memang hanya bisa mengangkat alis sebelah kanannya. “Ga perlu pake Phoropter?” balasnya sambil menunjuk alat aneh yang penuh bermacam lensa dan digunakan sebagai alat ukur untuk resep kacamata.
Ciro menggeleng. “Aku kan ga ngerti pakainya,” jawabnya sambil mendorong Phoropter yang tergantung dekat dengan kepala Aella menjauh ke belakang. “Bahkan aku baru tau kalau ini namanya Pho-apa? Lagian kan kamu dokternya.”
“Phoropter. Trus kenapa aku yang duduk disini?" Aella terlihat makin bingung.
“Duduk aja.” Ciro memposisikan kepala Aella hingga mengarah ke papan. “Udah siap?”
“Siap apa?” tanya Aella lagi.
“Lihat ke depan aja.”
---
Hampir tak ada orang lagi di klinik mata ini. Jam mulai menunjuk angka sembilan dan Aella yang sudah berada disini dari jam delapan pagi tak tahu mengapa dirinya masih berada atau lebih tepatnya– terduduk disini.
Dirinya baru ingin melontarkan tanya lagi ketika Ciro memencet remote control dan proyeksi Snellen di depannya berubah. Matanya terfokus. Menatap papan yang biasanya hanya menampilkan sekumpulan huruf tanpa arti.
‘Seseorang bertanya: Apa warna matamu?’
Aella menoleh lagi. “Lihat sampai selesai. Jangan noleh-noleh terus,” ucap Ciro dengan mata menyipit, berusaha terlihat tegas, membuat Aella menyembur tawa kecil namun berhasil membuatnya kembali menghadap ke depan sebelum Ciro memencet remote control lagi.
‘Hitam? Coklat? Atau kombinasi keduanya mungkin?’
‘Aku tak tahu. Hanya mampu membalas tanyanya dengan banyak tanya.‘
Aella menoleh sekilas. Memaparkan senyum kecil yang mulai terbentuk di sudut bibirnya.
‘Sayangnya, tanyanya meninggalkan gumam di benakku.’
‘Membuatku bertanya tentang warna dan matamu.’
‘Untungnya, tak seperti mataku sendiri, aku mampu menatap dalam matamu.’
Kali ini, Aella menggapai tangan Ciro. Mengaitkan jemari mereka.
‘Hitam itu matamu ketika terpejam.’
‘Putih itu matamu ketika membelalak.’
“Aw!” Ciro menarik tangannya. “Kenapa cubit-cubit?”
Aella hanya menyipitkan matanya. Sudut bibirnya mengancam untuk menyebar senyum.
Ciro tertawa pelan. Meraih tangan Aella lagi.
‘Merah itu matamu ketika kesal.’
‘’Redup’ seperti saat kacamatamu pecah untuk yang kesekian kalinya.‘
‘Kuning itu matamu ketika bercerita.’
‘‘Wah‘ seperti saat dirimu baru pulang praktik kerja lapangan.‘
‘Hijau itu matamu ketika memberi.’
‘’Tenteram’ seperti saat kamu melihat si kakek memakai kacamata barunya.’
‘Lebih dari semua itu, biru itu matamu yang selalu bahagia.‘
‘‘Cerah‘ seperti langit dengan senyum dan tawamu sebagai awan.‘
‘‘Terang‘ seperti malam berhias bulan dan bintang.‘
‘Aku tak tahu berapa banyak gradasi yang dimiliki warna.’
‘Tapi aku tahu pasti bahwa aku ingin melihatnya dari matamu.’
---
Ciro mematikan proyektor. Kata-kata yang berhamburan di papan hilang dalam sekejap.
“Hmm..,” gumam Ciro, mengernyitkan dahinya. “Itu tadi terlalu cheesy ya.”
“Kamu tahu ga?” ucap Aella pelan.
Ciro hanya tersenyum kecil, mengangkat bahunya dan mulai beranjak keluar ruangan sambil menggandeng tangan Aella.
“Itu tadi cheesy banget sih.” Aella tersenyum lebar. “Tapi baru kali ini aku benar-benar tahu warna mataku. Thanks.
Ciro mengecup pelan lesung pipi Aella. “Thanks juga buat bertahan dalam ke-cheesy-an,” balasnya sambil menyeringai.
“Yah.., paling engga, lain kali kalau aku ditanya, aku bisa jawab warna mataku apa.” Senyum Aella makin melebar ketika teringat sesuatu. “Ngomong-ngomong, kamu buta warna kan?”

=)
SVialli
[21.26]
[2 - 07/02/12]

Behind the words: here.

Monday, February 6, 2012

nutella and cookies

I saw a post on 9gag which shows cookies being piled up with Nutella in between and then, of course, I can't resist myself not to try it, remembering that I've forbidden myself to 'eat' Nutella in these past few weeks.

So I bought cookies and Nutella (out of stocks at home),

opened it,
spread Nutella on biscuits,
put another pile of biscuit on top of it and then I took a bite. =)))
I believed that I've not spread enough Nutella on my first try, so I made another with much more Nutella, but only with one biscuit and it tasted better than the first one. =P


=)
SVialli
[20.03]
[1 - 06/02/12]

secret or truth?

Nearly every time when I happened to know some gthings which supposed to be held as not known or a secret towards me, in a way, it changed what I used to think and sometimes, what I used to feel. And this kind of thing always makes me wondering whether it's better to know or not to know things.

Sometimes when I happened to know the 'truth':
  • Some 'wow's popped up in my mind.
  • On the other side, it felt like I had been so naive on all those days of 'not-knowingness'. 
  • But then, it gave me another point of view. The way I 'look' at things and especially people would not be same anymore.
  • When the 'truth' and what I knew didn't synchronize, it felt like being lied to
Therefore, I wonder whether it's simply better to not know things aka the 'truth'.
But one thing which I realized is that most people are simply not to be trusted

Here is a quote that I read earlier today (I'm used to read quotes at http://quotes.dictionary.com):
This made me think of something like this: 
When I neither seek nor can make use of it, how can it possibly 'change' me in such a way?

=)
SVialli
[14.04]
[1 - 06/02/12]

Saturday, February 4, 2012

Man of Honor / 영광의 재인 / Glory Jane / Youngkwangeui Jaein (2011)

I have just finished watching another korean drama, which called Man of Honor / 영광의 재인 / Glory Jane / Youngkwangeui Jaein (yeah.., during my so called exams weeks; my friend told me that I should watch it during these weeks because there's a high chance to achieve better scores by watching drama instead of studying =P). 


There's a total of 24 episodes. At first, I didn't plan to watch it till the end of my exams weeks (which is in the middle of February). But then, he said something about the screenwriter. It turned out that he's the one who wrote King of Baking (I really like this drama, even though this one is such a long drama with 30 episodes). From that moment, I couldn't resist myself anymore. xDD
Some of the things that I like about this drama:

  • There're so many twists in the story.
This fact came to the my mind direct in the very beginning of this drama. One can simply know that there're so many secrets that wait to be unveiled. Therefore, one needs to watch it till the end to know how things turn out to be and what's more in those secrets.
  • Around the beginning of it, one of the role said (something like) this: 'Giving up is the easiest way out'.

Those words were kind of hitting me quite hard, remembering that in nearly every other time I had a thought of giving things up (not that I am now or while watching this series). But it did open my eyes wider. I hope that I would never be such a coward.

  • And there's another one that I like: 'Hope is nowhere!' is actually 'Hope is now here!'.

I really do like this one because it's simply quite a creative way to express thing (I don't know whether it's taken from other source or things like that).

  • It's not only a love story between a man and a woman.

Normally, in a drama, the story would 'only' tell us about things happened between a man and a woman, the love they have for each other, another man or woman wants to snatch away their beloved or things like that.
This drama tells more than that. It showed me the essence of faith, friendship, familypersistence, dream, motivation and much more.


About the actors and actresses
They were so well chosen. Some of them:

  • The first one, whom I took notice of, was the main actress (Park Min Young). 

She's simply gorgeous. As far as I can remember, as long as the main actress(es) has/have acting skills, the main actor(s) is/are okay (good looking or charming or great acting skills) and the plot is well made, I would be content enough to watch it without thinking about the main actress. But then, there she was, so gorgeously charming. One simply can't ignore her charms (the way she smiles and such).

  • And then, I noticed the 'mean' main actor (Lee Jang Woo). 

Dang, I didn't really realize that he has such a great acting skills till he had stupor (in my opinion, he's not that good looking or such and I didn't really like him when I watched some episodes of his We Got Married series). He even reminded me of the elevator scene by Hyun Bin in Secret Garden (Y U must go to army??!).

  • There's also one actor whom one simply can't not take notice of (Park Sung Woong).

During the entire episodes I really thought (and still think) that he looks like the anonymous mask




I believe that this korean drama worths a watch. 



More info: http://wiki.d-addicts.com/Man_of_Honor.




=)
SVialli
[18.49]
[6 - 04/02/12]