Saturday, December 10, 2011

sang tetangga dan obrolan 30 menit

Gw bukan orang yang suka mengobrol, tapi ketika ada teman mengobrol yang tepat, obrolan apapun itu selalu menjadi hal yang menyenangkan. Dan ternyata, salah satu tetangga gw adalah orang itu.


Dia lahir di China, mahasiswi jurusan Ekonomi (Master), berumur kurang lebih 25 tahun, bertubuh mungil, berkacamata dan bernama Xiaowen Peng. Awal-awal tinggal dengan dia dan dua orang lainnya, memang dia yang paling ramah, tapi selama ini cuma basa-basi 'halo' kalau bertemu di lorong apartment dan transfer uang dalam rangka sharing internet. 


Entah bagaimana, suatu hari di bulan Oktober dan hari Rabu ini (yang berarti sekitar hampir setahun gw tinggal satu apartment sama dia), gw baru pulang sekitar jam 9 malam, ada dia di ruang tamu dan obrolan dimulai.


Dimulai dari sekedar basa-basi 'halo', beberapa pertanyaan kecil 'kurang penting' soal tetangga lain yang sedang praktikum dan cairan pembersih lantai yang perlu dibeli, pertanyaan 'sok asik' soal penjepit rambut cukup unik yang dipakainya, obrolan yang dikira akan berhenti sampai disitu ternyata berlanjut terus, paling tidak 30 sampai 45 menit selanjutnya.


Biasanya, setelah basa-basi singkat di ruang depan, kami berdua berjalan ke kamar masing-masing. Entah bagaimana, bukannya malah masuk ke kamar, entah gw atau dia yang memulai, obrolan mulai mengalir di lorong depan toilet. Bermula dari satu hal ke hal lainnya.


Apa yang kami obrolkan hari ini?

  • Dia akan berlibur di China minggu depan dan sepasang temannya akan tinggal di kamarnya, yang berarti 'teman baru' buat gw. Dari situ, kami bicara tentang China. Dengan gw yang bertanya soal naik pesawat apa, berapa kali transit sampe soal kecil tentang politik dan ekonomi, seperti apakah pemerintah China begitu ketat dalam urusan kebebasan pers, ekonomi yang berjalan bagus tapi di satu sisi ada banyak orang miskin, sedikit tentang Tibet dan kota kecil dimana masyarakatnya bisa berbahasa Turki dan sebenarnya tidak terlihat seperti orang China. Juga soal kerajinan pelajar China yang gw dengar dari berita, teman, adik dan pengalaman sendiri; yang dikonfirmasi bahwa mereka bersekolah dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam, ditambah mengerjakan tugas hingga tengah malam. Untungnya, si tetangga tidak termasuk kelompok yang belajar 'gila-gilaan' disini.

  • Soal film seri Amerika yang ada untuk genre apapun itu. Dia menonton CSI Las Vegas (yang akan gw tonton nanti, berhubung terdengar terlalu menarik untuk dilewatkan, apalagi dia sudah mencoba CSI Miami dan New York =P) dan gw menawarkan Grey's Anatomy dan Suits. Dan juga soal, hal-hal baru yang diketahui setelah menonton dan penantian panjang dan 'mengerikan' ketika satu season selesai dan tidak ada lagi yang ditonton.

  • Menyambung soal Sprachtandempartner (partner berbahasa) yang diobrolkan sebelumnya, Sprachtandempartner cukup berguna mengingat bahwa orang Jerman yang tidak atau kurang tertarik terhadap kultur Asia terlihat atau terasa terlalu dingin untuk didekati dan cenderung membuat gw malas berusaha (berhubung masih ada hal-hal yang lebih penting untuk dipikirkan). Tapi kelihatannya, gw bakal mencari kalau summer tahun depan pelajarannya tidak sepadat dan seribet semester ini (dengan kata lain, kalau gw sudah lebih rajin). 

  • Soal Singapura yang harus dikunjungi (obrolan bisa sampai kesini ketika gw menjelaskan rute perjalanan gw dari Jakarta sampai Berlin via Singapura, Doha dan Frankfurt), meskipun negara itu terlalu teratur dan mahal. Lagipula, berhubung bahasa Mandarin juga dipakai disana.

  • Dan beberapa hal lainnya, seperti soal kota yang kecil atau besar (mengingat kalau Berlin itu cukup besar untuk ukuran Eropa dan kota-kota di China, meskipun kota kecil, bisa berkali-kali lipat lebih besar dari Berlin), bahasa (ketika terlalu banyak menonton film berbahasa Inggris, bahasa Jerman seakan terlupakan dan berlaku sebaliknya), rencana (kuliah berapa lama, setelah itu apa, yang kemudian disimpulkan bahwa terlalu berencana kedepan sepertinya kurang relevan berhubung masih di tahap awal), dosen yang terkadang 'jahat'.

Entah karena gw sama dia jarang bicara berdua atau karena jarang ketemu atau karena cuma sekedar tetanggaan atau karena gw sama dia memang cocok, obrolan kita mengalir lancar, meskipun dijembatani dengan bahasa Jerman yang tentu aja bukan bahasa asli kami berdua. 

Dan pada akhir pembicaraan, entah dia benar-benar merasa begitu atau cuma sekedar sopan santun, dia bilang kalau dia senang bisa mengobrol seperti itu sama gw. Dan tentu aja, gw juga suka bicara sama dia. Rasanya memang cocok aja.

Di malam hari musim dingin yang dirintiki hujan, a simple talk with your neighbour is a really good something that can lift your spirit up and make you smile


=)
SVialli
[4 - 08/12/11]
[01.35]

No comments:

Post a Comment